Kementerian Desa PDTT Dirikan Perusahaan Mitra Bumdes Bersama Bulog Nasional by admin - 15/04/20171 Nasional – Guna mempercepat pertumbuhan ekonomi di pedesaan Kementerian Desa PDTT mendirikan perusahaan PT. Mitra Bumdes Nusantara (MBN) bekerjasama dengan Bulog dan BUMN. Hal ini dilakukan dengan alasan untuk mempermudah dalam mengkordinir Badan Usaha Milik Desa (Bumdes). Selain itu menurut pernyataan Menteri Eko sebagaimana dilansir kemendesa.go.id alasan menggandeng BULOG karena lembaga yang menangani urusan logistik ini mampu menjangkau daerah pertanian dan memahami lebih dalam tentang proses pascapanen para petani. BULOG dalam mewujudkan tujuan ini mengambil inisiatif bekerjasama dengan Kopelindo dan empat Bank BUMN untuk memperkuat manajemen PT MBN. Dimana sistem pembagian sahamnya mengambil skema 51% kepemilikan saham akan dipegang oleh PT. MBN. Dan sisanya yang 49% akan dipegang oleh BUMDes. “Jadi dengan adanya PT Mitra BUMDes Nusantara ini kita harapkan nanti seluruh desa memiliki BUMDes dan akan ada pendampingan. Sehingga program-program pemerintah bisa disalurkan lewat PT MBN. Lembaga ini diharapkan bisa menjadi link and match antara usaha kecil dan industri besar sebagai sebuah tim,” jelas Menteri desa PDTT Eko Sandjojo pada acara pembentukan PT Mitra BUMDes Nusantara di kantor BULOG, Jakarta, Selasa (4/4). Kementerian Desa PDTT yang di nakhodai Eko Putro Sandjojo memang sedang gencar-gencarnya membuat program guna mewujudkan pembangunan desa yang semakin maju. Berbagai kegiatan dan kerjasama dilakukan menteri desa bersama lembaga-lembaga lainnya. Yang paling sering kita dengar adalah kerjasama dengan Australia dalam membangun desa. Baca Juga : Begini Nasib Hasil Revisi PP 43 dan PP 47 tentang Siltap Perangkat DesaSementara itu, menurut pendapat Direktur Utama Bulog Djarot Kusumayakti, perusahaan Mitra BUMDes nantinya akan menjadi kepanjangan tangan BULOG untuk masuk pada ekonomi pedesaan. Sehingga seluruh proses keterjangkauan pangan dan produk dapat ditangani dengan baik. “Kami siapkan organisasi minimalnya. Kami juga siapkan sumber daya manusianya. SDM di pusat sudah disiapkan dalam tim. Pedesaaan kini juga sudah ada peran. Kami juga gandeng BUMN. Artinya, yang kita ingin raih bukan sekedar uang, melainkan tenaga mereka yang bisa menjadi pemimpin di daerahnya,” jelas Direktur Utama Bulog, Djarot Kusumayakti. “Hari ini simbol kesepakatan kemajuan lebih nyata lagi. Ini dapat dilaksanakan penuh tanggungjawab dalam rangka mewujudkan negara berkedaulatan pangan dan ekonomi yang berkeadilan,” lanjut Dirut Bulog tersebut. Djarot menambahkan, PT MBN dibentuk bukan untuk menjadi pesaing Bumdes. Melainkan akan menjadi mitra bagi Badan Usaha Milik Desa nantinya. Keuntungan dan insentif yang di dapat dari kegiatan ini akan masuk ke desa melalui Bumdes. Polanya akan menguntugkan bagi kedua belah pihak yakni perusahaan MBN dan desa. Baca Juga : Mengenal Gerakan Saemaul Undong Korea Dalam Membangun DesaUntuk tahap awal, PT. MBN akan menjadi mitra dalam kegiatan pengadaan sarana dan prasarana serta modal produksi di desa. Dengan program ini desa akan diarahkan untuk menjadi lumbung-lumbung pangan desa yang mandiri serta bisa dijadikan wilayah transaksi perdagangan pangan. “Jangan sampai timbul persepsi PT. MBN akan mematikan usaha bisnis yang telah ada. Saya pesan kepada komisaris dan direksi Mitra BUMDes, jangan pernah mengambil alih bisnis yang sudah dilakukan masyarakat. Yang boleh kita lakukan adalah menambah kapasitas pasarnya, teknologinya, dan serapan bahan bakunya,” papar Djarot. Satu sisi pembentukan perusahaan PT. MBN yang di lakukan Bulog bekerjasama dengan kementerian Desa PDTT ini mungkin punya nilai positif dalam membantu pengelolaan Bumdes. Baik manajemen ataupun Sumber Daya Manusianya. Baca Juga : Cara Mengecek Sertifikat Tanah Asli atau Palsu yang Anda MilikiNamun disisi lain dengan pola 51% saham milik PT. MBN memunculkan persepsi yang bisa memiliki penafsiran berbeda. Apalagi namanya urusan bisnis. Jadi apakah keberadaan perusahaan Mitra Bumdes ini akan benar-benar efektif dan bermanfaat secara merata kepada masyarakat desa? Kita tunggu kiprahnya di lapangan. (pdk)