Mengenal Tanaman Kenaf Dan Prospeknya Teknologi by admin - 06/10/201406/04/20160 Kenaf merupakan salah satu tanaman semusim penghasil serat selain tanaman sejenis lainnya seperti rami, rosella, dan yute. Serat yang dihasilkan merupakan serat alam yang ramah lingkungan. Serat kenaf biasa digunakan untuk industri karung goni, interior mobil, fiber drain, soil safer, geo textile, pulp dan kertas. Sejak tahun 1978, kenaf dikenal masyarakat Indonesia melalui program Iskara (Intensifikasi serat karung rakyat). Pada saat itu PTPN XVII ditunjuk oleh pemerintah sebagai pengelola dengan wilayah meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur dan Kalimantan Selatan. Dan pada tahun 1986 merupakan puncak penanaman yaitu seluas 26.000 Ha dengan produktivitas rata-rata 0,9 – 1,2 ton/ha serat kering. Provinsi Riau pada tahun 2014 mengembangkan kenaf sebagai tanaman sela untuk pengembangan tanaman karet dan kelapa sawit. Pemilihan kenaf sebagai tanaman sela tersebut dikarenakan prospek dan nilai ekonomis yang tinggi, kontur tanah di Provinsi Riau yang cocok untuk pengembangan kenaf serta adanya perusahaan yang telah bersedia menerima hasil panen petani. Tanaman kenaf merupakan tanaman herba semusim dengan tipe pertumbuhan berbentuk semak tegak. Termasuk dalam tanaman hari pendek dan akan cepat berbunga bila panjang penyinaran matahari kurang dari 12 jam. Pada keadaan normal, pertumbuhan optimal kenaf berkisar pada umur 60 – 90 hari dan bisa mencapai tinggi 4 m untuk tanaman yang tumbuh subur, namun tergantung dari varietas, kesuburan tanah, serta teknik budidayanya. Warna batang dibedakan menjadi 3 (tiga) kategori yaitu hijau, merah dan merah atau hijau tidak teratur. Warna dan kehalusan batang merupakan penciri utama suatu aksesi/varietas. Daun terletak berselang-seling (alternate) dan mempunyai bentuk dan warna yang bervariasi tergantung subspesiesnya. Sejak tahun 1995 – 2007 Balittas telah menghasilkan sebanyak 11 varietas unggul kenaf, diantaranya KR 11 untuk lahan bonorowo; KR 14 dan KR 15 untuk lahan podsolik merah kuning (PMK); dan KR 9 dan KR 12 untuk lahan kering. Varietas–varietas tersebut dapat ditanam pada semua musim karena kurang terpengaruh oleh panjang penyinaran sinar matahari. Perbanyakan kenaf umumnya secara generatif menggunakan biji. Biji kenaf biasanya berbentuk ginjal berdiameter sekitar 0,3 – 0,5 cm berwarna kelabu agak kecoklatan. Benih kenaf termasuk ke dalam benih ortodoks karena relatif toleran/tahan terhadap pengeringan sampai kadar air 5 – 6 % dan dapat disimpan pada suhu yang rendah. Benih kenaf dihasilkan dari kebun benih dengan persyaratan lahan harus subur, dekat sumber air, drainase baik, bebas dari organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Tidak seperti tanaman lain, waktu tanam dan cara budidaya kenaf untuk produksi serat dan benih berbeda, sehingga memerlukan perlakuan dan penanganan yang berbeda mulai dari pemilihan/persiapan lahan sampai dengan panen dan pascapanen. Tanaman Kenaf mulai berbunga 12 minggu setelah tanam. Periode pembungaan dan pembuahan berlangsung tidak serempak. Untuk panen benih yang baik dan efisien maka dilakukan apabila sekitar 75 % dari populasi tanaman kenaf buahnya sudah kering. Tiap tanaman dapat menghasilkan 15 – 100 kapsul tergantung pada varietas, kondisi iklim tanah dan cara bercocok tanam. Tiap kapsul berisi 15 – 25 biji. Benih kenaf yang telah dipanen dan digunakan sebagai bahan tanam harus melalui proses pengolahan yang meliputi penjemuran (batangan/pocokan), perontokan benih, pembersihan benih, sortasi, pengeringan, dan pengemasan. Kebutuhan serat kenaf akan semakin meningkat terutama karena sifat seratnya yang ramah lingkungan dan sangat adaptit di berbagai lingkungan tumbuh seperti lahan tadah hujan, lahan banjir dan lahan gambut, sehingga pengembangan kenaf masih menguntungkan. Produktivitas kenaf yang tinggi harus didukung dengan penggunaan varieta sunggul yang telah dilepas dan penggunaan benih yang bermutu. Baca Juga : Berbagai Jenis Kulkas Sharp Yang Patut Dijadikan PilihanSumber : http://ditjenbun.pertanian.go.id